No Bookmarks
Bookmark
Rating
Review at:

Untuk Setiap Ucapan Yang Menyakitkan Yang Kau Tujukan Pada Orang Lain, Akan Selalu Ada Hati Yang Tersakiti Yang Akan Selalu Mengingatnya Dalam Diam

Untuk Setiap Ucapan Yang Menyakitkan Yang Kau Tujukan Pada Orang Lain, Akan Selalu Ada Hati Yang Tersakiti Yang Akan Selalu Mengingatnya Dalam Diam
Credit to: Shuyuriee (Pinterest)

"Kau Mungkin Lupa Dengan Ucapanmu itu, Namun, Aku Selalu Mengingatnya Dengan Baik."


Ucapan yang baik dan membesarkan hati akan memiliki tempatnya yang baik di hati seseorang. Begitu pula sebaliknya, bila ucapan yang diujarkan adalah kata-kata kasar, sarkas, atau bahkan kejam, maka, akan selalu ada hati tersakiti yang mengingatnya dengan baik pula.

Baru-baru ini, saya juga mendapat request artikel dari salah seorang teman yang adiknya baru saja lulus kuliah dan hendak meneruskan studinya ke jenjang universitas. Adik teman saya ini tinggal di salah satu kota di provinsi Banten. Untuk memudahkan mengikuti alur cerita ini, kita sebut saja teman saya ini dengan nama  si X.

Ya, sebagaimana layaknya anak-anak SMA yang baru lulus sekolah, ia pasti ingin melanjutkan studi di tempat yang ia inginkan, nah, begitu pula dengan adik si x, ia ingin melanjutkan kuliah di universitas negeri yang ada di kotanya.

Didorong keinginan ini, adik si X mengikuti tes sbmptn seperti siswa lainnya. Ujian sudah diikuti, sisanya, hanya tingga menunggu hasil pengumuman di bulan depan. Sambil menunggu pengumuman, si X meminta bantuan pada si Y karena selain si Y sudah menjadi mahasiswa di universitas tersebut, si X punya keterbatasan waktu untuk membimbing adiknya langsung dikarenakan harus bekerja.

Si Y pun menyanggupi permintaan si X. Sampai sini, belum terjadi apa-apa. Hari pengumuman pun tiba, tepatnya pertengahan bulan Juni 2017. Nah, ketika si x mendapati nilai adiknya masuk ke kategori terbawah kedua, ia pun mengkonsultasikan masalah ini pada si Y, ia berharap ada jalan lain yang bisa ditempuh oleh adiknya supaya bisa tetap melanjutkan studinya ke tingkat universitas.

Namun, bukannya solusi yang si x dapatkan, melainkan, ia menerima kata-kata yang menyakitkan hati dari mulut si y yang setelah ucapan itu terlontar akan selalu ia ingat hingga tulisan ini dipublikasikan di blog ini. Kira-kira, begini transkrip dialog mereka berdua:

------ | | ------ 

Si X: "Y, gimana ya, adikku ini enggak lulus, dan peringkat skor ujian tes sbmptnnya belum bisa mencapai target minimal untuk diterima di universitas U. Menurutmu, baiknya gimana ya? Apakah ada solusi supaya adikku ini tetap bisa melanjutkan kuliah?"

Si Y: "Wah, wah, kalo ngeliat skor adikmu yang masuk posisi kedua terakhir gini dari total jumlah ribuan peserta yang ikut seleksi ujian sbmptn di universitas U, aku pikir, adikmu itu enggak pantas deh buat kuliah dimanapun, mau maksain daftar ke universitas lainpun udah pasti ditolak deh, liat aja skornya buruk banget gitu, ya, sadar diri aja, adikmu ini gak pantes buat kuliah dimana-mana!"  

Note: kalimat yang diberi tanda baca tebal dimaksudkan sebagai bagian yang tidak mengenakkan hati untuk di dengar oleh si X.

------ | | ------

Kalian tahu, tugas manusia itu hanyalah berusaha dan berdoa, namun ia tak seharusnya menyombongkan diri dengan mengucapkan sesuatu yang bahkan Tuhan-pun belum memutuskannya. Si Y ini sama seperti orang-orang pada umumnya yang memiliki stereotype negatif, yang punya sifat judgemental alias suka menilai rendah orang lain dan merasa dirinya lebih baik dibanding orang lain.

Mengutip kutipan diawal post ini yang juga ditulis oleh si X yang ditujukan pada si Y tanpa sepengetahuannya karena memang ucapan ini selalu tersirat dan tersimpan rapat dalam relung hatinya, "Kau Mungkin Lupa Dengan Ucapanmu itu, Namun, Aku Selalu Mengingatnya Dengan Baik."
    
Kalaupun seseorang itu bodoh, ia bisa merubah dirinya dengan tekun belajar supaya bisa memperbaiki dirinya menjadi pintar, dan bahkan Tuhan-pun menyuruh hambanya untuk merubah keadaaannya dengan usahanya sendiri, namun, bila yang buruk adalah perangainya (sikap), itu sulit untuk dirubah, sama seperti sikapnya si Y karena memang sikap itu sudah terpatri dalam alam bawah sadarnya dan terus mendapat pengulangan sehingga menjadi kebiasaan yang mungkin ia sendiri tak tahu ada orang lain yang diam-diam menyimpan rasa sakit dalam hening tanpa sepengetahuannya.

Bagaimana cerita ini menurutmu?