No Bookmarks
Bookmark
Rating
Review at:

Building Relationship: Alasan Logis Kenapa Kamu Sebagai Penjual Harus Memperlakukan Pembelimu Dengan Baik


Building Relationship: Alasan Logis Kenapa Kamu Sebagai Penjual Harus Memperlakukan Pembelimu Dengan Baik
Pinterest

Building a business is all about building relationship - Anonymous

Kalau membahas mengenai kebenaran, pasti jawabannya itu relatif, yang benar menurutmu belum tentu benar menurutku. Ya, konstruksi sosial ini telah menjadi stigma di masyarakat kita, dan juga, tak ada hal yang salah dengan hal itu asalkan kamu bisa menempatkannya sesuai dengan kondisi yang seharusnya.

Malam itu, saya punya kebutuhan mendesak untuk membeli baterai ponsel dan kabel data. Baterai ponsel asus zenfone 4 saya bocor. Itu berarti, ponsel saya tidak bisa digunakan, sekalipun bisa digunakan, saya harus menggunakannya sambil mengisi daya dengan charger ponsel. Oh well, sayangnya, kabel datanya juga rusak, itu artinya, ponsel ini sudah tidak bisa saya gunakan lagi kecuali ada baterai dan kabel data baru untuk menggantikannya.

Dalam benak pikiran saya, saya hanya perlu pergi ke toko aksesoris ponsel, menanyakan keperluan saya untuk membeli baterai dan kabel data baru, membayar, dan sudah pulang. As simple as that.

For your information, saya memang tidak suka menawar harga barang yang saya beli dan membelinya sesuai dengan harga yang ditawarkan pembeli, karena saya pikir, pedagang juga berhak mendapatkan untung dari hasil barang jualannya, asalkan saya tahu harga pasaran dari barang yang saya beli berapa dan membandingkannya dengan harga yang penjual tawarkan itu hanya berbeda sedikit, saya akan membelinya. Sedikit disini maksudnya si penjual menaikkan harga barangnya tidak begitu jauh dengan harga aslinya, beda halnya kalau si penjual menaikkan harga barang dengan harga dua kali lipat dibanding harga aslinya, harganya tidak rasional, dan jelas-jelas ia ingin mendapatkan keuntungan lebih banyak dari pelanggannya, maaf, saya tidak begitu suka berurusan dengan penjual tipe kedua ini.

Kembali lagi ke pembahasan ceritanya, setelah saya menanyakan keperluan saya dan membayar sejumlah uangnya sesuai harga barang tersebut tanpa saya tawar seperti pembeli lain pada umumnya supaya harganya turun. Si penjual malah menceramahi saya, selama saya masih ada di toko itu, ia seringkali mengulangi pernyataannya kalau saya sebagai pengguna ponsel seharusnya tidak memainkan ponsel sambil mengisi daya, dan hal itu terus berlanjut sampai saya melakukan uji coba terhadap baterainya, saya tidak bisa keluar dari toko itu begitu saja karena saya memang belum selesai mengecek apakah baterainya berfungsi dengan baik, begitu juga dengan kabel datanya, terlebih si penjual tidak memberikan batas waktu garansi kalau barang yang dibeli di toko miliknya, itu berarti kalau baterainya tidak berfungsi dengan baik, saya tidak bisa mengembalikannya atau bahkan menukarkannya kembali dengan barang lain dengan harga yang sama.

Untuk pengujian baterai, saya mengisi dayanya hingga lima persen, setelah itu saya cabut kabel pengisi dayanya, biasanya, kalau baterai baru, begitu saya melepas kabel charger, membiarkannya beberapa menit, ponsel saya akan non-aktif sendiri, saya bisa mengatakan hal ini karena sudah tiga kali ganti baterai, so, from that experience, I learn something, termasuk menguji apakah baterai ponsel yang saya beli itu berfungsi dengan baik atau sebaliknya. Setelah saya uji coba, baterainya berfungsi dengan baik.

Fiuuuuh, akhirnya saya bisa pergi dari toko ini juga - pikir saya malam itu.

Saya, kamu, dan semua orang pastinya akan setuju kalau menggunakan ponsel sambil mengisi daya itu tidak baik karena bisa mengurangi umur daya pakai baterai, logikanya, baterai ponsel dalam keadaan tidak stabil, disatu sisi ia sedang mengisi daya, namun disisi lainnya, ia juga harus merelakan voltase listrik yang baru ia simpan, ketidakstabilan ini yang membuat arus masuk dan keluar daya baterai menjadi tidak beraturan, setidaknya, ini yang saya ketahui. Fakta ini disetujui oleh semua orang, dan orang-orang tidak akan meributkannya, berbeda kalau pernyataan ini diulang berkali-kali sampai kamu jengah mendengarnya;

Makanya jangan main hp sambil dicas, rusak kan baterenya.

Pertama, saya harus berterimakasih padanya karena sudah memberikan apa yang saya butuhkan. Kedua, maaf, saya tidak bisa kembali lagi membeli barang-barang elektronik seperti baterai, kabel data, dan barang lainnya jika sewaktu-waktu saya membutuhkannya. Sama seperti quote pembuka artikel ini, kamu tahu kan, membangun bisnis itu ada kaitannya dengan hubungan, hubungan apa dan dengan siapa? Hubungan antara penjual dan pemebli, kalau kamu bisa menarik hati pembeli, saya yakin, ia akan menjadi returning visitormu, ia akan kembali ke tokomu, lagi, lagi, dan lagi. Pembeli merasa nyaman saat membeli barang-barang kebutuhannya, maka dari itu, ia akan terus kembali membeli barang-barang keperluannya ditempatmu, meskipun ia tahu ditoko lain ada yang lebih murah atau bahkan lebih bagus, namun ia sudah merasa nyaman dengan pelayananmu terhadap pelanggan, maka dari itu, alih-alih mencoba membeli barang-barang yang ia butuhkan ditoko lain yang belum tentu pelayanannya menyenangkan, ia lebih memilih untuk membeli barang-barang kebutuhannya ditempatmu. As simple as that.

Menyoal pembahasan mengenai kebenaran yang dibahas di paragraf pertama, pemilik toko mungkin mengatakan hal yang benar pada pelanggannya, yakni saya. Namun mengatakannya secara berulang-ulang merubah informasi itu menjadi semacam omelan atau serasa diceramahi mengenai kesalahan yang memang sudah kita akui, dalam hal ini menggunakan ponsel sambil mengisi daya, namun mengungkitnya secara terus menerus tidak bijak dilakukan pada pelangganmu, terlebih itu adalah kunjungan pertamanya, because the first impression is important, so, please act be wisely. Karena begitu kamu gagal menjalin hubugan yang baik dengan pelangganmu, ia tak akan bisa menjadi penggan tetapmu yang akan terus kembali lagi, lagi, dan lagi untuk membeli sesuatu di tempatmu.

Bagaimana cerita ini menurutmu?