No Bookmarks
Bookmark
Rating
Review at:

There Is No Magic In Learning: Tidak Ada Jalan Pintas Dalam Belajar - Mindset Belajar Bahasa Inggris #2

There Is No Magic In Learning: Tidak Ada Jalan Pintas Dalam Belajar -

Photo credit: Lotus Carroll via Visual hunt / CC BY-NC-SA
Sebelumnya, ketika saya baru pertama kali masuk kuliah, saya dan teman-teman pernah berpikir seperti ini:

"Ada nggak ya jalan pintas belajar bahasa Inggris?"

Pemikiran tersebut lahir karena kami tidak tahan belajar bahasa  Inggris dengan menghabiskan waktu yang begitu lama, maunya cepat dan sesegera mungkin bisa ngobrol dengan bahasa ini. Belakangan, setelah saya sudah sampai di awal semester 7, saya menyadari satu hal:

"There Is No Magic In Learning: Tidak Ada Jalan Pintas Dalam Belajar"

Saya mendapatkan kalimat itu, ketika saya membaca tulisan sistem Sekolah TOEFL yang didirikan oleh Kak Budi Waluyo. Tidak ada jalan pintas dalam belajar, tidak peduli apapun yang kamu pelajari, kalau kamu tidak tahan menahan lelahnya belajar dan berhenti sebelum prosesnya selesai, kamu sama saja telah membuang waktumu untuk hal yang sia-sia, kenapa? Karena kamu sudah mau berlelah-lelah tapi kamu tidak mendapatkan hasilnya, dalam konteks artikel ini, menguasai bahasa Inggris.

Dulu, ketika saya masih semester 1, saya punya keinginan fasih berbicara bahasa Inggris. Jadi ceritanya, setiap kali ada mata kuliah speaking, saya merasa senang sekali, karena rasa senang itulah, saya menjadi giat melatih kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris. Saya rajin mempraktekkan kiat-kiat yang dosen ajarkan di kelas, mulai dari dialog, diskusi, presentasi, atau bahkan membuat project film.

Selain itu, saya merasa terbantu dengan salah satu program student council di program studi, yakni English Day. Kegiatan ini terbilang kreatif, setiap hari senin, mahasiswa bahasa Inggris wajib berbicara dengan bahasa Inggris, ketua kelasnya bertugas mengawasi pelaksanaan English Day, apakah berjalan dengan baik, apakah ada yang diam atau berbicara bahasa Indonesia, setelah kelas usai, semua ketua kelas mengadakan pertemuan dengan panitia pelaksana English Day yang saya sebutkan sebelumnya, nama organisasi penggagas English Day ini bernama English Student Association (ESA) UHAMKA.

English Day memberikan kesempatan kepada semua mahasiswa program studi bahasa Inggris untuk terlibat aktif berbicara bahasa Inggris, bisa dibilang, kegiatan ini mencoba membuat lingkungan bahasa sehingga setiap orang yang terlibat di dalamnya diajak  untuk  turut aktif berbicara bahasa Inggris.

Proses lainnya, saya mengikuti perlombaan speech dan storytelling. Saya mengikuti perlombaan ini karena saya berkeyakinan kalau saya berpartisipasi dalam lomba itu, saya bisa berlatih berbicara bahasa Inggris. Betul saja, sebelum perlombaan saya harus mencari naskah pidato dan cerita, sayangnya, saya tidak begitu cocok dengan naskah yang bertebaran di internet, maka dari itu, saya memutuskan untuk membuat nakah pidato dan cerita saya sendiri, setelah itu adalah berlatih, berlatih, dan berlatih. Hasilnya, saya tidak menang dalam lomba pidato bahasa Inggris, meski saya kalah dalam lomba pidato, saya berhasil memenangkan lomba storytelling, saya mendapatkan juara 1 dengan judul cerita: The Thief and the Baker.

Semester 3, saya mengikuti perlombaan debat bahasa Inggris untuk pertama kalinya. Dulu, saya benci dan tidak suka dengan lomba debat, gambaran umum di benak saya tentang debat adalah tak ubahnya kumpulan orang-orang yang suka memotong argumen pembicara lain, padahal pembicara itu belum selesai berbicara, saya sangat tidak suka dengan orang yang suka memotong pembicaraan orang lain. Kesannya, pembicaraan miliknya adalah topik yang paling penting, dia merasa paling penting. Menurut saya, orang paling tidak penting di dunia ini adalah orang yang merasa dirinya paling benar dan penting. Kelak, setelah saya mengikuti lomba ini, pemikiran saya yang semula tidak suka dan benci menjadi berubah, saya malah senang dan ingin terus ikut perlombaan debat bahasa Inggris lagi, lagi, dan lagi. Cerita lengkapnya, bisa kamu baca lewat post ini: Pengalaman Pertama Jadi English Debater.

Proses lainnya, saya pernah berkesempatan menjadi ketua himpunan mahasiswa bahasa Inggris, sebut saja English Student Association. Prosesnya, setiap kali pembukaan acara, saya selalu mengusahakan untuk berpidato dengan bahasa Inggris. Proses ini saya lakukan terus menerus hingga akhir kepengurusan.

Semester 4, saya mengikuti lomba debat bahasa Inggris lagi, kali ini penyelenggaranya himpunan mahasiswa bahasa Inggris di kampus saya. Alhamdulilah, saya memang juara ke-3 dalam lomba ini.

Semester 5, saya sedih, mata kuliah speaking hanya ada di semester ini saja, semester depan sudah tidak ada lagi, padahal saya sangat senang dengan mata kuliah speaking. Tak apa, mata kuliah terakhir di semester ini, public speaking, akan saya manfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan skill berbicara bahasa Inggris saya.

Selesai mata kuliah public speaking, saya mengikuti perlombaan debat terbesar pertama di Indonesia, Indonesian Varsities English Debate (IVED) 2015 di Universitas Indonesia. Rival tim saya: IPB, USU, dan kampus lainnya. Lomba ini, atmosfer persaingannya terasa begitu kuat, wajar, peserta lomba ini adalah mahasiswa tahunan yang sering dikirim ke lomba IVED dari kampusnya masing-masing, let's debate and fun. Hasilnya, dari 6 babak, kami memenangkan 1 babak, tepatnya di sesi terakhir. Well, it's okay.
Photo via IVED UI 2015

Akhir semester 6, komunitas debat bahasa Inggris kami, English Debating Society UHAMKA mengadakan lomba debat pertamanya di bulan agustus, saya termasuk dalam komunitas tersebut, bisa dibayangkan, selain fokus mengikuti lomba, saya juga harus menjadi panitia, but it's fun.

Semester 7, saya dan kak Sonang mengikuti lomba debat tingkat kopertis wilayah III dalam event National University Debate Championship (NUDC) 2015. Pada hari pertama, kami berhasil mengumpulkan 7 victory points, itu berarti kami bisa lanjut ke babak quarter final. Esoknya, kami tidak lolos masuk semi final, well, tak apa, setidaknya peringkat kampus kami meningkat, dari posisi 13 di tahun lalu, tahun ini posisi kami ranking ke-9.

Selain lomba-lomba yang saya ikuti tadi, saya juga mengikuti kegiatan English Training yang diadakan oleh ESA UHAMKA, well, kegiatan ini saya nilai bagus karena mahasiswa dibimbing untuk meningkatkan speaking skill, karena saya suka speaking, makanya saya ikut gabung.

Ada lagi, seperti apa yang saya katakan sebelumnya, saya gabung dengan komunitas debat bahasa Inggris. Nah, komunitas ini punya program latihan rutin setiap hari senin jam 1 siang, itu berarti saya punya kesempatan lagi untuk berlatih speaking. :)

Begitulah, setelah melewati proses yang panjang dan melelahkan. Saya menilai kemampuan berbicara bahasa Inggris saya sudah fasih, tidak banyak ngomong e ... (jeda), baru ngomong lagi. Saya bisa ngobrol dengan bahasa Inggris setiap hari dan kapanpun saya mau. Proses yang panjang itulah yang telah menempa kemampuan saya dalam menguasai speaking skill.

Kesimpulannya, tidak ada jalan pintas dalam belajar. Semuanya butuh proses, melelahkan memang, tapi begitu proses itu sampai pada garis finish, kita akan menuai apa yang telah kita usahakan itu.

Tetap semangat, terus berjuang dan belajar ya teman-teman, keterbatasan yang kita miliki saat ini bukan jadi penghalang bagi kita untuk belajar bahasa Inggris, let's break the limit. :)

Bagaimana menurutmu?