No Bookmarks
Bookmark
Rating
Review at:

Kenapa Kamu Tidak Boleh Menjadi Writer's Wanna Be?

Kenapa Kamu Tidak Boleh Menjadi Writer's Wanna Be?
Kenapa Kamu Tidak Boleh Menjadi Writer's Wanna Be? - Google.com

Buat kamu yang bercita-cita jadi penulis, ada satu hal yang perlu kamu ketahui. Apa itu? Konstruksi sosial mengenai penulis: Writer's Wanna Be.

Apa sih writer's wanna be itu?

Penjelasan mudahnya, kamu sudah berniat menjadi penulis tapi sampai sekarang belum juga menghasilkan karyamu sendiri, pennyebab utama yang menghambatmu menulis ialah kamu selalu punya alasan untuk menunda menulis, mulai dari sibuk, malas, nggak punya ide, bingung mau nulis apa, merasa belum mahir nulis dan pada akhirnya kamu nggak nulis apa-apa sampai sekarang. Ketika ditanya, bukan bukti fisik karya yang kamu berikan melainkan alasan kenapa kamu nggak bisa nulis sampai sekarang.

Seringkali orang-orang yang bilangnya ingin jadi penulis aktifitas kesehariannya malah tidak linier. Mereka disibukkan oleh kegiatan lain yang menyita waktu mereka untuk tidak menulis. So, kalau kamu tidak menulis hari ini, apa bisa kamu disebut sebagai penulis? 

Penulis itu kesehariannya membaca tulisan orang lain supaya mendapatkan informasi baru untuk menemukan ide yang nantinya bisa dikemas dalam bentuk fisik berupa artikel, novel, cerpen, dan karya-karya lainnya.
Kenapa Kamu Tidak Boleh Menjadi Writer's Wanna Be?
Kenapa Kamu Tidak Boleh Menjadi Writer's Wanna Be? - Google.com
Alasan utama yang melatarbelakangi si writer's wanna be tidak bisa menjadi penulis ialah dia hanya membayangkan dirinya suatu saat bisa menjadi penulis terkenal, tapi ia hanya berhenti pada sebatas imajinasinya sendiri. Membayangkan menjadi seseorang yang kamu inginkan itu tidak salah, namun kalau memang kamu benar-benar serius ingin jadi penulis, kamu harus benar-benar mau berusaha keras untuk melawan keengganan diri untuk tidak menulis, kamu harus mengatasi rasa malas itu dan membungkamnya dengan take action sesegera mungkin dengan cara menulis.

Sebagai ilustrasi, saya berikan gambaran seperti apa writer's wanna be itu:

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Alkisah, ada dua orang teman sekawan yang bercita-cita ingin menjadi seorang penulis terkenal. Sebut saja Arslan dan Elam. Suatu sore, Arslan sedang asyik membaca buku di taman, ia tidak mau membiarkan setiap detik yang ia miliki terbuang begitu saja tanpa melakukan aktifitas yang tidak ada kaitannya dengan menulis. Halaman demi halaman ia baca, 10 menit berlalu, 1 jam berlalu, dan akhirnya buku itu selesai dibaca. Mentari pun sebentar lagi akan berganti dengan rembulan, jadi Arslan memutuskan untuk pulang. Ia pulang jalan kaki, sebelum sampai ke rumah, ia harus melewati toko buah-buahan, toko bunga, dan toko buku, barulah setelah itu dia sampai rumah. Toko pertama ia lewati, kedua dilewati, saat melintas di toko selanjutnya, Arslan melihat seseorang yang dikenalnya keluar dari toko buku, itu Elam. Arslan menyapanya:

Arslan: Hei Elam. 

Elam:    Hei juga, Arslan. Mau pulang bersama?

Arslan:  Boleh. Ngomong-ngomong, apa yang kamu beli dari toko buku itu?

Elam:    Oh ini, ini buku motivasi menulis. Aku ingin menjadi seorang penulis terkenal

Arslan:  Wah, buku yang bagus. Kamu mau jadi penulis?

Elam:    Iya, kenapa?

Arslan:  Nggak apa-apa kok, aku juga ingin jadi penulis. 

Elam:    Cita-cita kamu dan aku sama ya, kalau begitu, aku akan membuktikan padamu bahwa aku bisa jadi seorang penulis suatu hari nanti.

Arslan:  Baiklah, aku jadi semakin bersemangat juga untuk segera menulis. Eh, itu rumahku, aku pamit duluan  ya, sampai jumpa lagi Elam.

Elam:    Oke, sampai jumpa Arslan.

Selama setahun, mereka berdua jarang bertemu, karena Arslan pindah ke kota lain. Arslan tidak punya guru yang bisa mengajarinya menulis. Arslan pun memutuskan memulai karirnya menulis melalui blog. Setiap hari, ia menulis satu artikel, hari demi hari berlalu, tulisannya semakin banyak, begitu pula dengan pembacanya, walau belum banyak, ia tetap bersyukur dan terus menulis, bagi Arslan, tidak boleh ada satu hari yang terlewatkan tanpa menulis, itu tekad yang ia pegang teguh. Dua tahun berlalu, pembaca blognya sudah banyak, tulisan-tulisannya sangat banyak, tak terhitung berapa banyak tulisan dan tanggapan pembaca di blognya. Arslan pun memutuskan untuk menulis sebuah buku, buku itu berjudul, I am a writer. Diluar ekspektasinya, buku itu terjual dan laku keras dan buku itu pun dberi label sebagai buku best seller tahun ini. Arslan bersyukur, perjuangannya selama ini membuahkan hasil, dan sekarang, dia sudah menjadi seorang penulis.

Saat liburan kuliah, Arslan berlibur ke kotanya yang dulu, dia rindu membaca buku di taman seperti sedia kala. Butuh 2 jam perjalanan untuk sampai ke tempat itu dengan bus. Sesampainya di taman, ia melihat orang yang dikenalnya, Elam. Arslan begitu gembira bisa bertemu kembali dengan temannya itu. Langsung saja, begitu ia turun dari bus, ia langsung melangkahkan kakinya dengan cepat tanpa peduli sekitarnya, ia hanya memikirkan ingin menyapa dan berbagi cerita dengan kawannya itu.

Arslan:   Elam ... Elam ... Ini aku, Arslan! Teriak Arslan yang sedang berlari ke arah Elam sambil melambai-lambaikan tangan kanannya.

Elam:     Arslan! Benarkah itu kau, Arslan? Tanya Elam terkejut bisa bertemu lagi dengan Arslan setelah sekian  lama tidak bertemu.

Arslan:   Iya betul, ini aku, Arslan. Bagaimana kabarmu, Elam?

Elam:     Tidak begitu baik, sampai saat ini aku belum juga bisa jadi penulis. Oh ya, kudengar kamu sudah jadi penulis sekarang, dan bukumu laku keras di pasaran, apakah itu benar, Arslan?

Arslan:   Kamu sedang tidak enak badan ya? Iya, impianku tercapai. Aku sangat senang sekali.

Elam:     Selamat ya, Arlsan. Bukan begitu, aku sehat, tapi ... " 

Arslan:   Terimakasih. Tapi kenapa, Elam? Apa ada yang ingin kamu ceritakan padaku?

Elam:     Ya, ada. Kau ingat saat sehari sebelum kau pindah? 

Arslan:    Aha, iya, aku mengingatnya. Lalu?

Elam:     Saat itu aku bertemu denganmu di depan toko buku, kau bertanya mengenai buku yang kubeli, buku itu tentang motivasi menulis, aku membelinya supaya aku bisa termotivasi untuk menulis, tapi sampai detik ini pun, aku sama sekali belum menghasilkan satu tulisan sama sekali, setiap kali aku ingin menulis, aku selalu tidak bisa, aku sibuk, kalau pun ada waktu luang, aku bingung mau menulis apa, aku belum mahir menulis, aku tidak tahu harus mulai darimana. Hal itu terus dan terus terulang sampai hari ini, tapi aku tetap ingin jadi penulis terkenal sepertimu.

----------------------------------------------The End------------------------------------------------------
Sengaja cerita itu saya sudahi sampai disitu, saya percaya kamu pun pasti tahu bagaimana kelanjutan ceritanya, Elam tidak akan pernah sekali pun bisa menjadi penulis, kecuali dia berhenti dari kebiasaan membuat alasan untuk tidak menulis seperti sibuk, bingung harus menulis apa, masih mikir ini itu kalau dia belum mahir menulis, dan selama dua tahun lebih dia mempertahankan pemikiran itu, dan selama itu pula dia tidak menulis sesuatu apapun.

Writer's wanna be akan selalu menyebutkan sejuta alasan kepada orang lain kenapa dia tidak menulis, ketika ditanya hasil karyanya, yang ia berikan bukan bukti fisik karyanya melainkan alasan, alasan, dan alasan. It's always be like that, never changed.

So, kita harus melampaui konstruksi sosial yang ada pada dunia kepenulisan saat ini: "Saya ingin jadi penulis tapi malas menulis",  sampai kapanpun, kalau bercita-cita ingin menjadi penulis tapi hanya malas-malasan saja, tentu hasilnya sudah bisa ditebak, dia tidak akan pernah menjadi penulis, itulah sifat para writer's wanna be.

Kesimpulannya, kalau kamu memang benar-benar ingin menjadi penulis, menulislah sesegera mungkin, jangan turuti keengganan, penundaan dan kemalasan yang ada pada dirimu, hanya dengan itulah kamu akan bisa terus berkarya, kuncinya supaya bisa jadi penulis cuma satu, it's simple, yaitu menulis.